Simponi Rasa
Cinta bukan sekadar resonansi rasa atau narasi manis dari bahasa. Ia adalah keberanian eksistensial untuk bertumbuh dalam celah-celah ketidaksempurnaan, ketekunan memahami kala diksi tak lagi sanggup bicara, dan keputusan sadar untuk tetap tinggal saat realitas menjauh dari harapan. Dalam senyap perjalanan menua, cinta menjelma menjadi ruang kontemplatif, hening namun penuh makna, rapuh namun menguatkan. Sebab seperti yang pernah dikatakan oleh Erich Fromm, mencinta adalah seni, dan setiap seni menuntut latihan, komitmen, dan kesadaran.